SIBOLGA-METRO; Munculnya kontroversi tentang wacana perluasan daerah merupakan bentuk kedewasaan awal sebuah komunitas masyarakat yang sedang belajar berdemokrasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan sosialisasi tentang wacana perluasan Kota Sibolga.
Samsul Pasaribu |
Menurut Samsul, pada dasarnya masyarakat tunduk kepada kebijakan pemimpinnya, selama orientasinya adalah kesejahteraan rakyat. "Namun, di era demokrasi dewasa ini masyarakat mutlak harus tahu sebab dan akibat yang mereka rasakan bilamana perluasan terwujud. Pemahaman yang tepat tentu akan mempermudah tercapainya tujuan.
Pro dan kontra tentu saja tetap ada, namun perbedaan pendapat hanya sebatas perang opini tidak sampai merusak tatanan kekeluargaan yang telah terbina dengan baik selama ini," ujarnya.Ketika ditanya sepenting apakah perluasan bagi Kota Sibolga, Samsul menuturkan bahwa penting atau tidaknya pemko sendiri yang tahu. Oleh karena itu perlu disampaikan secara gamblang kepada warga.
Dia mengatakan, sosialisasi pun harus maksimal. Hal itu bisa dilakukan dalam bentuk forum-forum resmi seperti lokakarya atau seminar. Sehingga masyarakat yang menerima atau menolak perluasan punya alasan yang tepat untuk memutuskan bergabung atau tidak berdasarkan sosialisasi yang disampaikan.
Masih menurut Samsul, Sibolga yang memiliki luas daerah kurang lebih 5.000 hektare (ha), merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang sangat kecil. Dengan lahan seluas itu, ditambah lagi kepadatan penduduk mencapai 96.000 jiwa menjadikan kota berbilang kaum ini sebagai kota kecil yang sangat begitu padat. "Bayangkan saja setiap 1 hektarenya diisi oleh 20 KK (kepala keluarga), ini tentu sangat sempit sekali. Alhasil warga Sibolga merambah gunung dan lautan yang tentunya rawan bencana," ujar Samsul, seraya menyatakan dari segi penyebaran penduduk saja, Sibolga dianggap tidak layak lagi dijadikan sebagai permukiman, maka sebagai dua daerah serumpun selayaknyalah memang Sibolga diberi perluasan.
Dia menambahkan, bagaimanapun permasalahan Sibolga dan Tapteng pasti tidak akan pernah selesai dalam kurun waktu lima tahun. Karena pergantian kepemimpinan akan mengganti pula setiap kebijakan. "Setiap pemimpin tentunya berkeinginan menciptakan sejarah di bawah pemerintahannya. Lima tahun itu waktu yang singkat, tapi sejarah yang diukir dikenang sepanjang masa. Jadi, harapan kita stakeholder kedua daerah ini bisa menjadikan perluasan wilayah Sibolga dan merupakan sejarah baru dua daerah ini. Toh, kita juga daerah serumpunkan," pungkas Samsul mengakhiri
sumber : metrosiantar
No comments:
Post a Comment