Kemajuan teknologi yang juga berdampak pada fasilitas komunikasi memberikan kemudahan bagi manusia sebagai makhluk konsumerisme. Jarak yang ribuan mil bisa terkesampingkan dengan teknologi komunikasi saat ini. Khususnya internet atau yang lebih dikenal dengan jejaring sosial seperti facebook, twitter dan lain-lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu pengunaan jejaring sosial tadi mulai disalahgunakan menjadi alat untuk menghina, memaki, mempojokkan serta beberapa tindakan melanggar norma lainnya.
Kalau Luna Maya di twitternya pernah mengatakan infoteiment sama dengan pelacur, mendapatkan kritikan tajam dari sejumlah kalangan. Kali ini salah seorang oknum polisi berinisial AG menulis dalam facebooknya “ masyarakat sibolga lemah lawan kami dan takut..masyarakat ini bodoh..gak ada nyali..ckckckck...sibolga bodoh “. Hal tersebut merupakan penyalahgunaan media internet sehingga memancing amarah dari segenap masyarakat sibolga pengguna facebook, sebab komentar tersebut dianggap meprovokasi perpecahan di Kota sibolga yang sudah kembali tentram pasca kericuhan pemilukada yang lalu. Peryataan yang dia tuliskan tersebut tidak didasari oleh hal yang jelas. Sehingga bisa membuat permasalahan baru, itu terbukti dari sejumlah komentar yang muncul menanggapi peryataan tersebut. Bahkan membuat pertengkaran di facebook tersebut yang bahkan tidak menyelesaikan masalah. Seharusnya jika ada permasalahan yang cukup serius seperti hal tersebut semestinya tidak diselesaikan di dunia maya. Karena komunikasi yang terbangun pada akhirnya bukan menyelesaikan permasalahan, sebab kalimat yang tertuliskan bisa salah arti ketika dibaca dengan intonasi yang tidak sesuai dengan apa maksud penulisnya.
Perilaku oknum polisi tersebut menambah daftar catatan hitam kepolisian dimata masyarakat, apalagi jika dikaitkan dengan sejumlah nama perwira polisi bermasalah disebabkan memiliki rekening triliyunan rupiah yang baru-baru ini diberitakan di majalah Tempo. Polisi merupakan masyarakat sipil yang dipersenjatai guna melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat menjadi semboyan semata sebab kenyataannya dilapangan mayoritas polisi tidak mampu melaksanakan hal tersebut. Lontaran kalimat oknum polisi yang cukup arogan tersebut seharusnya tidak keluar sebab sebagai aparat penegak hukum harusnya memberikan contoh yang baik dalam bertindak terutama dalam hal penggunaan media internet yang belakanagan ini kerap menjerat seseorang keranah hukum karena tidak paham akan UU ITE.
Kejadian seperti itu seharunya menjadi cambuk bagi institusi polisi agar setiap calon polisi merupakan orang-orang yang baik moralnya dan jika sudah terjadi sebaiknya oknum polisi tersebut diberikan terapi khusus pendidikan moral.
No comments:
Post a Comment