MERAMAL PIDATO LPJ PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA TAHUN 2014
Oleh ; Syamsul Pasaribu
Presiden Mahasiswa Ikopin- Bandung
Bukan sok ingin menjadi penerus mama laurent atau nompang tenar seperti Jojo dan Shinta, namun judul diatas ditujukan dari wacana yang berkembang beberapa hari belakangann ini baik di media cetak maupun elektronik. Wacana itu diantaranya adalah rencana redominasi mata uang Rupiah yang konon katanya sudah diwacanakan sejak lima tahun yang lalu.
Pembaca mungkin bertanya, lalu apa korelasinya dengan LPJ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir masa jabatannya nanti di tahun 2014? Jawabannya mudah, seperti yang telah kita ketahui bersama politik pencitraan yang dibangun presiden RI ke-6 itu diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah yang notabenenya tidak mau ambil pusing dengan segala pertikaian yang ada di tingkat elite politik. Sekisruh apa pun sidang angket kasus bank century, berapa pun banyaknya uang gayus di rekening ajaibnya, bagi rakyat kecil yang menjadi sasaran tembak pencitraan SBY (baca: orang-orang miskin) tidak begitu menjadi persoalan.
Kalau saya di izinkan meminjam istilah jalanan, Presiden SBY sebenarnya paham betul bahwa rakyat tidak pernah peduli dengan apapun kata pengamat dan elit-elit politik. Bagi rakyat sebenarnya, bisa makan, minyak murah, dan sembako dapat dengan mudah dipenuhi. Selain itu, rakyat kecil sebenarnya tidak pernah peduli polemik ditingkat atas. Jadi, SBY kata kasarnya memanfaatkan kebodohan dan ketidak mau tahuan rakyat dengan fenomena yang terjadi. Termasuk pencitraan yang akan ditinggalkan SBY diakhir masa jabatannya 2014.
Baiklah, kini kita kembali ke topik awal meramal LPJ Presiden SBY di tahun 2014 menyikapi wacana redominasi mata uang rupiah. Sekedar mengingatkan redominasi mata uang rupiah itu rencananya akan memotong nilai mata uang rupiah tiga digit misalnya dari Rp. 1000.- menjadi Rp. 1,- dengan demikian mata uang sen pun akan diberlakukan. Sekilas memang ini baik dengan catatan kondisi perekonomian kita stabil dan terjaga. Namun bila tidak, fenomena krisis 1997-1998 akan terjadi kembali bahkan 100 kali lebih parah.
Baiklah, kita berharap redominasi yang direncanakan pemerintah akan berdampak pada perbaikan ekonomi kedepan. Lalu apa yang akan terjadi pada LPJ Presiden SBY di 2014 yang akan datang? Andai sayalah presiden SBY dan mencoba memanfaatkan dampak redominasi mata uang di 2014 yang akan datang, kira-kira inilah yang akan saya sampaikan, dan mungkin juga akan disampaikan presiden SBY empat tahun yang akan datang.
“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air” (bayangkan presiden SBY sedang berpidato di depan paripurna DPR/MPR)
“Alhamdulillah, sejak pemerintahan ini dimulai 20 Oktober 2009 yang lalu, pemerintah serius dalam melaksanakan amanat UUD dan memicu peningkatan pembangunan disegala sektor. Khusus untuk pemberantasan korupsi, pemerintahan ini tetap komit untuk membasmi. Terbukti Pemberantasan korupsi tidak tebang pilih, besan saya sendiri Aulia Pohan tidak lepas dari jerat hukum (SBY mengambil contoh kongkrit pemberantasan korupsi) ini membuktikan bahwa pemerintahan benar benar serius membasmi kejahatan luar biasa ini. (selanjutnya pada poin ini SBY pun mulai bercerita prestasi yang sebenarnya bukan prestasi).”saudara sebangsa dan setanah air, pertumbuhan ekonomi nasional pun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan merupakan yang pertama kali terjadi sepanjang sejarah Indonesia, pasca krisis moneter 1998, pertumbuhan ekonomi secara perlahan naik, nilai tukar rupiah terhadap dollar pun mencapai titik klimaksnya di tahun 2012 (diramalkan redominasi mulai diberlakukan), hingga akhirnya untuk pertama kalinya nilai tukar rupiah yang semula US$ 1 sama dengan Rp. 9100.- mengalami penguatan yang sangat luar biasa hingga 9000% menjadi Rp.9.- sama dengan 1US$. (pada saat itu ruang sidang paripurna disambut tepuk tangan yang sangat riuh). (Kemudian SBY melanjutkan) hutang luar negeri kita pun berhasil ditekan, semula per 31 desember 2011 hutang kita mencapai Rp. 1.200 trilyun belum termasuk bunganya sebesar Rp.150 trilyun. Namun sejak tahun 2012 hutang Indonesia berhasil dikurangi hingga hanya mencapai Rp. 1,2 milar dengan bunga hutang sebesar Rp. 120 juta rupiah. Harga kebutuhan bahan pokok pun akhirnya tidak membebani masyarakat pasca Redominasi, beras misalnya, yang semula Rp. 7000/ kg nya menjadi hanya Rp.7.- per kilogramnya. Begitu juga dengan sembilan bahan pokok lainnya. Kini pun, (lanjut SBY saat nanti), harga BBM tidak lagi membuat susah masyarakat. Semula perliternya Rp. 4500 khusus premium, kini hanya Rp. 4,5.- saja. Dengan demikian, daya beli masyarakat terhadap BBM dan kebutuhan pokok lainnya sangat tinggi. Akhirnya nelayan pun tidak takut melaut, pasar-pasar tradisional ramai, begitu juga dengan pusat-pusat perbelanjaan. Hal ini membuktikan bahwa, apa yang menjadi amanat UUD 1945 yaitu masyarakat Indonesia yang sejahtera lambat laun kita sedang mencapai kesana”. (pada saat ini semua anggota MPR/ DPR pun memberikan standing applause atas prestasi pemerintahan SBY di akhir tahun 2014) selanjutnya sang presiden pun menyampaikan prestasi-prestasi pemerintahan lainnya yang tidak mungkin dituliskan satu persatu di lembaran ini.
Inilah kira-kira pidato LPJ SBY ditahun 2014. Sudah bisa ditebak memang, pakar-pakar ekonomi bangsa ini serentak akan muncul distasion televisi dan berkomentar di media cetak bahwa apa yang disampaikan sang presiden ini adalah pembodohan. Namun seperti yang dikemukakan diawal tadi, SBY sebenarnya tidak menujukan LPJ nya kepada para ekonom, politisi, atau praktisi akan tetapi bagi rakyat yang sudah jenuh mendengar omongan para pakar dan pengamat yang terkesan selalu menyalahkan pemerintahan. Kita mungkin sepakat itu semua bohong, namun sejarah 10 dan 20 tahun yang akan datang, yang saat ini mereka masih berusia 5 dan 10 tahun akan mengakui bahwa pada masa pemerintahan SBY harga-harga bahan pokok turun hingga 9000 persen, dan mereka juga akan mengakui bahwa pada jaman SBY lah, BBM bisa dibeli dengan hanya Rp.4,5 saja.
Begitulah, redominasi telah menjadi sejarah baru bangsa ini dan menjadi zaman ke emasan pemerintahan SBY bahwa dibawah kepemimpinan sang flamboyan kelahiran 09091949 itu rupiah pernah kuat hingga Rp.9/ US$ 1. Luar biasakan!
sumber :Syamsul Pasaribu
jangan hanya evoria sesaat bung...bikin sebuah gerakan koq tanggung²...
ReplyDelete@blocked putah: kita tidak hanya berevoria bung,gerakan itu hanya sebatas grasak-grusuk semata
ReplyDelete