Selamat Atas Peluncuran Majalah Online GERMASI "IDEALIS", Terbit Tanggal 5 Setiap Bulan. Jangan Sampai Ketinggalan

Saturday, September 24, 2011

Ketum PB Germasi Temui Jusuf Kalla

Rabu, 21 September 2011
Ketum PB Germasi dan Jusuf Kalla

SIBOLGA- Ketua umum PB Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) menemui mantan Wakil Presiden RI Drs HM Jusuf Kalla. Dalam pertemuan itu, Jusuf Kala menilai, selama ini di Sibolga baru dua pilar pembangunan yang berjalan baik, yaitu antara pemerintah dengan pelaku bisnis. Sementara pelaku pendidikan sering terlupakan. Padahal untuk kemajuan suatu daerah, pemerintah, pelaku bisnis dan pelaku pendidikan harus berperan saling mengisi kekosongan.
Ketum PB Germasi, Selasa (20/9) menerangkan, Germasi sengaja menemui Jusuf Kalla untuk mendapatkan masukan konstruktif dalam meningkatkan peran mahasiswa untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
JK yang hadir dalam rangka kuliah umum di salah satu perguruan tinggi di Bandung ini kepada Germasi mengatakan bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkwalitas pemerintah daerah harus melibatkan tiga stakeholder pembangunan secara bersamaan.
“Ketiga stakeholder dimaksud disebutkannya dengan 3 pilar pembangunan, yakni akademisi, bisnismen dan government (ABG). Ketiga komponen ini tidak bisa dilupakan sama sekali, karena akan terjadi kepincangan pembangunan dan sudah dipastikan akan ada saja pihak-pihak yang tidak terpuaskan dengan segala upaya pembangunan sebagus apa pun itu,” tutur Samsul menirukan ucapan JK.
Menurt Jusuf Kalal, hal yang paling sering dilupakan oleh pemerintah daerah selama ini yakni memisahkan para pelaku pendidikan dalam pembangunan.
Di mana, Pendidikan hanya dipandang sebagai alat untuk mencerdaskan generasi muda bangsa untuk masa depan mereka sendiri tidak lebih dari itu. Selama ini di Sibolga baru dua pilar yang dijalankan dengan baik yaitu antara pemerintah dengan pelaku bisnis.
Sedangkan pelaku pendidikan kurang diikut sertakan dalam upaya pembangunan Sibolga.
“Sehingga, pola pikir yang salah ini berdampak pada buruknya dampak pembangunan dimasa yang akan datang. Misalnya, terjadi kerusakan lingkungan, pencemaran, erosi, sistem drainase yang buruk dan lain sebagainya,” katanya.
Sejalan dengan JK, Samsul Pasaribu juga menerangkan, bahwa untuk konteks Kota Sibolga, 3 pilar pembangunan ini juga tidak pernah pernah bersinergi. Dan yang terjadi masih 2 pilar pembangunan, yaitu antara pemerintah dan pelaku bisnis, sehingga orientasi pembangunan tidak murni untuk kesejahteraan rakyat dalam jangka panjang, tetapi murni hitung-hitungan untung rugi.
“Ke depan, pemerintah kota harus selalu melibatkan akademisi dalam pembangunan. Kebijakan apa pun itu, kajian akademik tetap penting untuk mendekati kesempurnaan pembangunan menuju kesejahteraan,” ujarnya.
Oleh karenya, Germasi mengimbau seluruh stakeholder pendidikan di Kota Sibolga untuk tidak terjebak dengan tujuan pendidikan yang baku. (afn/syaf)

No comments:

Post a Comment