Oleh : Samsul
Pasaribu*
Secara khusus tentunya tulisan
ini penulis tujukan buat dua daerah kembar identik serumpun Sibolga dan
Tapanuli Tengah. Sebagai daerah serumpun, sejatinya problematika penyelesaian
konflik di daerah ini lebih cepat teratasi dan tidak terkesan berlarut-larut.
Namun, ego kepemimpinan sebagai raja-raja kecil di daerah cenderung lebih
mendominasi ketimbang mengapresiasi keinginan berubah dan berkembang dari
warganya yang konon katanya telah lama menginginkan adanya pemekaran wilayah.
|
Maksimalisasi pemekaran Sibolga dan Tapanuli Tengah |
Apa pun itu, selama konteksnya
mempercepat terwujudnya kesejahteraan dan diramu dalam grand desain yang
diterima logika serta lebih efektif maka layak diterima dan ditindaklanjuti.
Tuntutan pemekaran yang sudah lama di dengungkan tidak bisa dikarenakan faktor
lata mengikuti daerah orang lain akan tetapi harus berdasarkan kajian yang
mendalam dan penuh pertimbangan. Dan jika memungkinkan, seperti kata pepatah
sambil menyelam minum air maka, apa yang
hemat kita bisa dilaksanakan secara bersamaan haruslah menjadi hal yang lebih
utama ketimbang memisah-misahkannya padahal bisa
sekali dayung dua tiga pulau terlalu.
Senin, 03 Oktober 2011
SIBOLGA-
|
Irfan Arhamsyah.S |
Sejumlah perguruan tinggi yang ada di Kota Sibolga
diharapkan membuka diri kepada seluruh masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan pengembangan minat, bakat dan semangat mahasiswa
untuk mengetahui hal-hal baru di luar lingkungan kampusnya.
Demikian dikatakan ketua departemen wilayah Germasi Kota Sibolga, Irfan
Arhamsyah Sihotang didampingi sekretarisnya Arya Wirawan, Minggu (2/10).
Menurut Irfan, minimnya kepedulian mahasiswa terhadap berbagai
permasalahan di daerah banyak diakibatkan oleh kurangnya perhatian dari
setiap perguruan tinggi yang ada di Sibolga untuk mendorong mahasiswanya
aktif diberbagai institusi dan aktivitas di luar kampus.
“Bahkan yang sangat disesalkan lagi, kampus sering bertindak tidak
professional. Di mana aktivitas mahasiswa di luar kampus dianggap
sebagai langkah mencederai nama baik kampus hanya karena aktivitas
mahasiswa yang bersangkutan mengenakan jaket almamater. Padahal,
identitas mahasiswa secara kasat mata hanya ditentukan oleh dua hal
yaitu kartu mahasiswa dan jaket almamater,” kata Irfan.