Selamat Atas Peluncuran Majalah Online GERMASI "IDEALIS", Terbit Tanggal 5 Setiap Bulan. Jangan Sampai Ketinggalan

Wednesday, June 29, 2011

Tokoh Pemuda Pasang Badan

Rabu, 29 Juni 2011
Sejumlah tokoh pemuda di areal Pelabuhan Sibolga, mendukung kebijakan Manager PT Pelindo I Cabang Sibolga yang merubah manajemen pengelolaan kawasan pelabuhan. Mereka adalah Hermansyah Marekan, Asrul Sani Zebua, dan Agustiar Tanjung.
Hermansyah, kepada METRO, Selasa (28/6), mengatakan, jika ditelusuri lebih jauh apa yang diungkapkan pihak PT Pelindo, yang menyebutkan, banyaknya campur tangan orang luar dan pedagang asongan di pelabuhan membuat investor kecewa. “Untuk itu, kami meminta agar oknum-oknum yang tidak mengetahui substansi persoalan tidak asal ngomong sebelum memahami apa yang akan dikritik. Apalagi sampai mengatakan pernyataan tersebut sampai mendiskreditkan keberadaan rakyat kecil,” kata Hermansyah.
Menurut Hermansyah, seingatnya jauh sebelum pernyataan itu dikeluarkan Manager PT Pelindo I Sibolga, tepatnya sejak Nopember 2010, yang lalu sudah disosialisasikan kepada para pedagang bahwa terhitung sejak 1 Januari 2011, para pedagang tidak lagi diperkenankan berjualan di areal pelabuhan. Sebab dapat mengganggu aktivitas bongkar muat barang. “Jadi, kami melihat kebijakan ini bukan persoalan pro terhadap rakyat kecil atau tidak. Namun lebih cenderung melihat kebijakan itu untuk kebaikan dan penataan kawasan pelabuhan Kota Sibolga,” tukasnya.
Asrul Sani Zebua juga menyampaikan senada. Dia mengatakan, jika dilakukan sesuai dengan peraturannya yang boleh masuk ke wilayah pelabuhan hanya orang yang berkepentingan terhadap kegiatan pelabuhan, seperti sandar kapal, bongkar muat barang atau penumpang. “Kami melihat dalam hal ini seharusnya masyarakat tunduk dan patuh pada peraturan pelabuhan, jangan langsung berasumsi negatif ketika kebijakan itu diberlakukan. Kalau pun misalnya sejak dulu para pedagang bebas berjualan tanpa ada masalah atau adem ayem, lantas di saat dibuat kebijakan baru untuk penataan pelabuhan kenapa justru disebut menjadi masalah,” tanyanya heran.
Lebih naifnya lagi, kata dia, dalam kritikannya juga disampaikan soal bangunan toko yang berjejer di sepanjang Jalan Horas Kota Sibolga yang hingga saat ini belum berfungsi. “Inikan lucu jadinya. Padahal setahu kami soal bangunan ruko di Jalan Horas bukan wewenang PT Pelindo untuk mengelolanya. Sebab PT Pelindo hanya menyediakan lahan saja kepada Pemerintah Kota Sibolga, agar pemerintah dapat mengelolanya bagi para pedagang di kawasan pelabuhan Sibolga,” tukasnya.
Soal pemerintah daerah diperkenankan mengelola pelabuhan, sambung Asrul, itu memang sah saja dan dibenarkan sesuai UU Nomor 17 Tahun 2008 soal pelayaran. Artinya hal ini membuka kran bagi pemerintah daerah untuk mengelola pelabuhan di wilayahnya sendiri. “Namun yang jadi persoalan, apakah Pemerintah Kota Sibolga sudah memiliki unit bisnis profesional yang terlibat dalam bidang kepelabuhanan. Sebab tanpa unit bisnis yang profesional, pemda tidak akan mampu mengelola pelabuhan. Sehingga pelabuhan Sibolga masih dikelola PT Pelindo dan itu sudah berjalan dengan baik selama ini,” tandasnya, seraya berharap agar setiap orang dengan jernih menyikapi soal kawasan pelabuhan, jangan karena kepentingan pribadi.
Terpisah, Manager PT Pelindo I Cabang Sibolga Sihar Sihite, mengaku sedang berada di Surabaya untuk melobi agar barang-barang keperluan project material dan general supply equipments PT Agint Court Resources dibawa kembali melalui Pelabuhan Sibolga. “Sebab pemilik kapal dan pemilik barang enggan membawanya dari Pelabuhan Sibolga akibat pedagang berkeliaran di Pelabuhan Sibolga. Sebab ketentuan yang berlaku di mana pun, pelabuhan umum yang dikelola PT Pelindo tidak diperkenankan para pedagang berjualan dan ini salahsatu syarat bagi investor. Namun sayangnya oknum Ketua Germasi tidak paham cara kerja pelabuhan dan hanya melihat dari sisi sempit saja. Kami ingin tegaskan bahwa areal pelabuhan adalah areal kerja terbatas, bukan sebagai tempat berjualan,” terangnya. (tob/dro)

Monday, June 27, 2011

Sebaiknya Pelindo Pro Rakyat Kecil

Senin, 27 Juni 2011
Samsul Pasaribu
SIBOLGA- Statemen manager PT Pelindo I Cabang Sibolga yang menyebutkan, investos ancam hengkang dari Sibolga, karena banyaknya gangguan dan campur tangan pihak luar dinilai mendiskreditkan rakyat kecil. Sebaiknya PT Pelindo pro rakyat kecil.
Hal itu dikatakan Ketua Umum PB Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) Samsul Pasaribu, kepada METRO, Minggu (26/6). “Kita berharap PT Pelindo I Cabang Sibolga lebih pro terhadap rakyat kecil bukan investor,” kata Samsul.
Menurut Samsul, ketidakjelasan manajemen dalam mengelola di PT Pelindo I Cabang Sibolga selama ini jangan serta merta menyalahkan rakyat kecil. “Rakyat itu pada prinsipnya nurut saja, asal pendekatan yang dilakukan benar-benar pendekatan kekeluargaan dan tidak terkesan mengesampingkan nasib mereka yang menggantungkan hidup keluarganya dari berjualan ala kadarnya di pelabuhan Sibolga. Kongkritnya, jangan karena ketidakmampuan kita memimpin areal kerja kita dengan baik, lantas kita menyalahkan pihak lain. Itu namanya lempar batu sembunyi tangan,” tukasnya.

Monday, June 13, 2011

Undangan Annual Meeting Germasi 2011

Tanggal 05 September 2011, Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) akan menyelenggarakan Annual Meeting Germasi Tahun 2011. Untuk konfirmasi kehadiran caranya dapat di klik link berikut ini Konfirmasi Kehadiran

Wednesday, June 1, 2011

Manusia Rekaan

Oleh: Andi Josua Telaumbanua
Manusia rekaan bukanlah manusia hasil kloning atau manusia robot. Tetapi manusia yang memiliki jiwa raga tetapi dikekang oleh orang lain sehingga terbentuk menjadi manusia sesuai keinginan orang lain bukan sesuai keinginan pemilik tubuh. Akibatnya si manusia tadi tercipta menjadi manusia yang egosentris. Manusia yang berpikir karena dirinya,bukan karena orang lain. Dia tidak mengganggu orang lain bukan karena orang lain itu tapi demi dirinya.

Perilaku demikian disebabkan oleh kondisi komponen pendidikan yang sudah tidak selaras lagi. Tiga komponen pendidikan itu adalah keluarga, lingkungan, dan sekolah. Keluarga dalam hal ini orangtua yang merupakan pendidik utama telah lupa akan perannya. Orang tua hanya sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga didikan-didikan yang bersifat kearifan lokal tidak lagi didapatkan oleh sianak. Keterbatasan orang tua dalam mendidik harusnya dilengkapi oleh lingkungan justru menjadikan teori terbalik.

Lingkungan kerap tidak peduli dengan perilaku sianak apalagi ketika lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang "tidak sehat". Lingkungan yang seharunya mengajarkan si anak bagaimana membangun komunitas sosial dan rasa solidaritas yang minim didapatkan dikeluarga berubah menjadi mengajarkan pembentukan komunitas ekstrem, yakni komunitas yang mengabaikan kondisi orang lain, komunitas yang merendahkan derajat orang lain. Sementara rasa solidaritas hanya menjadi bagian dari komunitas ekstrem tersebut dan cuek terhadap komunitas diluarnya.