Oleh : Ahmad Azhar
Ketua Depwil Germasi Kota Medan
Ahmad Azhar
Ini negeri indah, kaya, religius dan berbudaya adiluhur. Semua penghuninya beragama, tertulis jelas di KTP dan mengaku ber-Tuhan. Sepanjang tahun silih berganti diadakan upacara pemujaan tuhan besar-besaran. Bila demikian seharusnya berkenan untuk melimpahkan karunia dan rahmat-Nya. Kehidupan sejahtera dan damai akan untuk seluruh rakyat. Namun, apa yang terjadi? Sungguh terheran-terheran dengan keadaan yang ada. Negeri ini menjadi terpuruk dengan perilaku masyarakatnya yang masih buruk.
Jangan heran bila dinegeri yang katanya ber-Tuhan para pejabatnya kesetanan melakukan korupsi. Mungkin sudah nega dan minta izin pada Tuhan bahwa apa yang dilakukan bukan untuk korupsi. Tetapi sekedar usaha untuk mengembalikan modal plus bunganya dengan hitungan rentenir. Jangan heran pula, negeri yang katanya Pancasilais tetapi perilaku pemimpin dan rakyatnya bisalebih kejam daripada negeri komunis. Kelakuan aparatnya bisa lebih bengis dari aparat negara sosialis. Kedamaian yang diharapkan hanya menjadi impian. Kesejahteraan didambakan berganti bencana dan pertikaian. Perselisihan dan kerusuhan tercipta dari gedung sampai ke jalanan.
Seiring perjalanan waktu, metodologi pendidikan kita sudah banyak berubah. Berbagai macam kurikulum silih berganti sejalan dengan bergantinya para menteri. Resuffle kabinet tidak hanya sebatas mengganti para menteri tapi juga berimbas kepada berubahnya kebijakan pendidikan secara nasional. Tentu saja kalau menteri pendidikan dan kebudayaan turut diganti. Bangsa ini sudah banyak mengenal berbagai kurikulum mulai dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sampai dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Kemendikbud RI juga tetap setia menerapkan standarisasi ujian nasional walaupun belakangan tidak lagi menjadi faktor utama menentukan lulus tidaknya seseorang karena ujian sekolah setidaknya 40 persen cukup mempengarhui kelulusan dimaksud.
Begitulah setidaknya gambaran umum pendidikan kita secara nasional. Dan maaf sebelumnya, karena penulis bukan pakar pendidikan nasional maka anggaplah tulisan ini sebagai cara pandang orang awam tentang dunia pendidikan kita. Namanya juga orang awam tentu tidak semua yang tertulis dan dibaca benar adanya.
Kembali ketopik. Banyaknya warna metodologi pendidikan yang diterapkan dibangsa ini harus dipandang sebagai upaya pemerintah mencari formula terbaik untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Hanya saja, kalau selama 66 tahun mencari formula terus kita jadi bertanya, sebenarnya hilang kemana formula pendidikan itu sehingga begitu sulit kita menemukannya. Atau dengan bahasa nyeleneh-nya kita bertanya, pemerintah serius tidak sih mengurus pendidikan ini?
Peserta Dismahumuda salam komitmen bersama Walikota
SYARFI HUTAURUK “PEJABAT PEMKO HARUS TIPIS KUPING”
Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) rabu (07/12) menggelar diskusi mahasiswa dan pemuda tahun 2011 (Dismahamuda 2011) bertempat diaula II Pemko Sibolga jalan Dr. FL.Tobing. Dismahamuda yang di ikuti oleh 16 elemen mahasiswa se-Kota Sibolga itu mengusung tema meneropong kota Sibolga tahun 2011. Bertindak selaku narasumber tunggal adalah Drs. HM.Syarfi Hutauruk selaku Walikota Sibolga. Syarfi Hutauruk yang oleh mahasiswa didaulat menyampaikan kuliah umum menegaskan visi dan misi pemerintahan dalam kepemimpinannya meliputi rakyat sehat, Rakyat cerdas, rakyat sejahtera dan beradab. Lebih jauh Syarfi mengatakan bahwa untuk tahun 2012 program prioritas berdasarkan RPJMD yang sudah ditetapkan menjadi peraturan daerah (Perda) meliputi sector pendidikan, kesehatan dan pariwisata. Untuk sector pendidikan pemko Sibolga telah mengalokasikan dana APBD sebesar 34 persen ditahun 2012.
Disamping itu, pemko Sibolga telah menjalin kerjasama yang baik dengan USU dalam rangka mewujudkan berdirinya politeknik Sibolga yang akan mampu menampung calon-calon sarjana kota Sibolga yang bergerak dibidang perikanan meliputi teknik mesin, teknik pengelolaan ikan dan lain sebagainya. Menurut Syarfi, semula untuk menunjang peningkatan SDM kota Sibolga pemko berencana membangun perguruan tinggi berlevel universitas. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan banyak pihak dan tokoh-tokoh pendidikan termasuk mencari masukan dari USU, maka disimpulkan bahwa perguruan tinggi berlabel Politeknik jauh lebih berarti bagi kota Sibolga ketimbang universitas. Masih dibidang pendidikan, untuk tahun anggaran 2012 Pemko menjadikan peningkatan kualitas guru sebagai hal yang prioritas. Hal ini penting karena peningkatan SDM tenaga pengajar akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas peserta didik.