Selamat Atas Peluncuran Majalah Online GERMASI "IDEALIS", Terbit Tanggal 5 Setiap Bulan. Jangan Sampai Ketinggalan

Monday, February 28, 2011

Membangun Kualitas Pendidikan Sibolga

Oleh : Sri Rezeki Nasution*
Kita semua berharap agar Sibolga ini menjadi salah satu kota Pendidikan yang dikenal dimana saja tapi pada dasarnya masih jauh dari apa yang kita harpkan. Belajar dari daerah lain yang telah menerapkan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan memberlakukan hari Sabtu menjadi hari yang dikhususkan untuk pengembangan diri dari siswa/I agar mereka mengetahui apa potensi yang ada dlaam dirinya masing-masing Hingga saat ini, sekolah yang menerapkan Sekolah bertaraf Internasional hanya beberapa saja, itu pun dalam satu sekolah hanya ada satu lokal yang menjadi lokal unggulan. Coba semua kelas/lokal yang ada diberlakukan hal yang sama (sama-sama lokal unggulan) insyaallah setiap murid tdak ada lagi yang namanya nilai rapornya merah dan tingggal kelas

Tuesday, February 8, 2011

Wacana Perubahan Slogan Sibolga dinilai tidak argumentatif

Minggu 06 Februari 2011
Sibolga-Metro
Adanya wacana perubahan slogan (bukan motto seperti yang disebutkan para tokoh) kota Sibolga merupakan sesuatu yang salah kaprah. Karena antara kata slogan dengan motto merupakan dua kata yang punya makna yang berbeda. Hal ini disampaikan ketua umum PB Germasi Samsul Pasaribu didampingi kepala Departemen Seni dan Kebudayaan Monika Elfi Sitompul kepada Metro Jumat/04/2011. Wacana yang digulirkan oleh sebahagian kecil tokoh Sibolga ini telah dibahas secara mendalam oleh Germasi melalui media jejaring sosial facebook sejak pertama sekali digulirkan hingga sampai pada satu kesimpulan Seluruh mahasiswa asal Sibolga menyesalkan wacana ini dan dianggap hanya cari sensasi.

Tuesday, February 1, 2011

UN Menjadi Momok Yang Menakutkan Bagi Para Siswa


Oleh : Sri Rezeki Nasution*
Sri Rezeki Nst
Saat ini, UN telah menjadi “MOMOK” yang menakutkan bagi para siswa SMA. Betapa tidak, selama 3 tahun belajar di sekolah dengan beberapa hari ujian yang menjadi penentuan bagi masa depan para siswa. Tahun 2006, UN telah diberlakukan tetapihanya menguji 3 matapelajaran saja yakni Matematika, bahasa Indonesia dan  bahasa Inggris dengan pasingret 2,50 dan rata-rata nilai 6,00. Dengan pasingret yang terbilang cukup rendah ini saja telah membuat para siswa menjadi takut, betapa tidak para siswa sebelum melaksanakan ujian telah dihantui dengan batas nilai yang ditentukan dan dihantui dengan kata-kata “TIDAK LULUS"
Secarapsikologis, para siswa akan merasa malu dengan teman, saudara dan para tetangganya jika ternyata dia dinyatakan “TIDAK LULUS”. Miris sekali, ketika ingin menghadapi ujian para siswa sudah dibebani dengan hal-hal yang menurut saya tidak penting. Seyogianya, sebelum ujian para siswa harus santai tanpa beban apapun dipikirannya agar pada saat ujian memiliki pemikiran yang fresh sehingga focus saat ujian. Pengalaman saya, ada seorang siswa yang rela mengeluarkan sejumlah uang agar diberikan jaminan kelulusan. Apa jadinya pendidikan bangsa ini, jika seorang siswa telah berani menyuap hanya untuk mendapatkan kelulusan?