Oleh : Sri Rezeki Nasution*
Sri Rezeki Nst |
Saat ini, UN telah menjadi “MOMOK” yang menakutkan bagi para siswa SMA. Betapa tidak, selama 3 tahun belajar di sekolah dengan beberapa hari ujian yang menjadi penentuan bagi masa depan para siswa. Tahun 2006, UN telah diberlakukan tetapihanya menguji 3 matapelajaran saja yakni Matematika, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan pasingret 2,50 dan rata-rata nilai 6,00. Dengan pasingret yang terbilang cukup rendah ini saja telah membuat para siswa menjadi takut, betapa tidak para siswa sebelum melaksanakan ujian telah dihantui dengan batas nilai yang ditentukan dan dihantui dengan kata-kata “TIDAK LULUS"
Secarapsikologis, para siswa akan merasa malu dengan teman, saudara dan para tetangganya jika ternyata dia dinyatakan “TIDAK LULUS”. Miris sekali, ketika ingin menghadapi ujian para siswa sudah dibebani dengan hal-hal yang menurut saya tidak penting. Seyogianya, sebelum ujian para siswa harus santai tanpa beban apapun dipikirannya agar pada saat ujian memiliki pemikiran yang fresh sehingga focus saat ujian. Pengalaman saya, ada seorang siswa yang rela mengeluarkan sejumlah uang agar diberikan jaminan kelulusan. Apa jadinya pendidikan bangsa ini, jika seorang siswa telah berani menyuap hanya untuk mendapatkan kelulusan?
Tiap tahun, batas nilai yang harus didapatkan siswa terus naik. Tahun ini 5.5 dengan 6 matapelajaran masing-masing jurusan (IA & IS). Untuk jurusan IA, ada 3 penambahan matapelajaran yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. Kenyataan yang terjadi dilapangan, 3 matapelajaran saja sudah sangat membebani para siswa, apalagi enam MaPel? Para siswa SMA sangat banyak yang mengeluh kepada Kepala Departemen Wilayah Padang Sri Rezeki Nasution, mereka sangat takut sekali dengan yang namanya UN. “aku dari keluarga yang kurang mampu kak, orang tuaku sudah mati-matian cari nafkah untuk dapat menyekolahkan aku. Tapi aku takut kak kalau aku nantitidak lulus, orang tuakuakankecewadenganaku” kata siswa SMA N 2 Sibolga.
MA telah memutuskan untuk tidak memberlakukan UN lagi tetapi mengapa hingga saat ini masih tetap berlaku? Apa sebenarnya yang ingin dicari? Setelah apa yang terjadi tiap tahunnya kepada para siswa setelah mereka mengetahui kalau mereka tidak lulus. Ada yang mencoba bunuh diri, adalagi yang merasa malu tidak mau keluar rumah berbaur dengan tetangganya. Apakah hali ni yang diinginkan pemerintah? Pertanyaan saat ini adalah, kenapa harus ada UN? Kenapa UN yang harus menjadi penentu?
Beberapa bulan lagi UN setingkat SMA akan dilaksanakan. Apa yang akan terjadi? GERMASI akan pantau hal ini terus menerus.
No comments:
Post a Comment