Selamat Atas Peluncuran Majalah Online GERMASI "IDEALIS", Terbit Tanggal 5 Setiap Bulan. Jangan Sampai Ketinggalan

Friday, November 9, 2012

Germasi “Pemkab dan Pemko Perlu Bersinergi Bangun Rumah Rehabilitasi Jiwa”



Pasca Tragedi Berdarah Simangusor Tapteng

Salah satu korban dalam perawatan
 Sibolga | Pasca tragedi berdarah di Simanusor Tapanuli Tengah (Tapteng) yang merenggut tiga nyawa anak sekolah Minggu, Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) menyatakan sikap menyesalkan peristiwa tersebut dan menyampaikan rasa belasungkawa yang sebesar-besarnya terhadap keluarga para korban. Demikian disampaikan oleh ketua umum PB Germasi, Samsul Pasaribu kepada RAKYAT kemarin (7/11).

Menurut Samsul, peristiwa Simanusor harus menjadi pelajaran berharga bagi siapa pun. Tidak hanya dalam kontek regional Sibolga dan Tapteng tetapi juga bagi Indonesia secara utuh. Peristiwa itu juga harus disikapi sebagai peringatan dini bagi kita bahwa akhir-akhir ini, kesibukan kita mengurusi dinamika politik di Sibolga dan Tapteng membuat kita lupa akan permasalahan lain yang sebenarnya jauh lebih  berbahaya seperti halnya tragedi ini.

Memang, musibah tidak bisa ditebak dan tidak pernah diketahui kapan datangnya. Tetapi, sebagai manusia cerdas Tuhan telah memberi kita kemampuan untuk meminimalisir segala macam bentuk musibah baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, lanjut Samsul, tragedi Simanusor menjadi penting disikapi lebih lanjut oleh pemerintah Sibolga dan Tapanuli Tengah apabila memang bersepakat bahwa peristiwa berdarah yang dilakukan oleh warga yang punya kelainan jiwa itu merupakan peristiwa yang terakhir kalinya.

“untuk meminimalisir tindak kriminal yang terjadi oleh ulah warga yang berprilaku khusus ini, maka Pemko Sibolga dan Pemkab Tapteng harus bersinergi bersama-sama membangun rumah rehabilitasi jiwa bagi warga yang menderita perilaku khusus atau kelainan jiwa ini” terang Samsul Pasaribu. Keberadaan Rumah Rehabilitasi Jiwa (RRJ) ini bisa menjadi tempat lokalisasi para penderita untuk tetap bisa diobati dan dipantau terus perkembangan jiwanya.

Ditanya tentang apakah memang perlu untuk membangun RRJ ini Pemko dan Pemkab harus bekerjasama, Samsul menjelaskan bahwa akan lebih baik memang kalau masing-masing daerah memilikinya, tetapi mengingat secara kuantitatif para penderita perilaku khusus ini memang relatif kecil maka antara Sibolga dan Tapteng punya satu saja rumah rehabilitasi ini sudah sangat cukup baik. Ucapnya.

Banyak manfaat yang akan didapat bila kedepan RRJ ini bisa terwujud. Terutama bagi para keluarga penderita. Disamping tindak kriminal yang dilakukan para penderita bisa ditekan seminimal mungkin, para penderita pun lebih mendapat perlindungan dan perlakuan yang lebih manusiawi. “kita kan tahu sendiri, mereka juga manusia. Hanya saja mereka tidak seberuntung kita. Banyak dari para penderita yang dirumahnya sendiri justru dipasung, dirantai atau diisolir ketengah hutan oleh keluarganya. Oleh karena itu, dengan adanya RRJ ini nantinya, para penderita yang dulunya oleh keluarganya dipandang sebagai aib kelak akan lebih membuka diri dan menganggap bahwa para penderita perilaku khusus ini hanya menderita sakit layaknya sakit-sakit yang lain. Maka, fasilitas yang ada berupa rumah rehabilitasi ini akan menjadi motivasi baru bagi keluarga untuk membawa keluarganya berobat dan mendapat perawatan” jelas aktivis pergerakan mahasiswa ini.

Menyikapi hubungan antara Pemkab dan Pemko yang akhir-akhir ini kurang harmonis Samsul menerangkan bahwa antara pemko dan pemkab harus bisa duduk bersama. ini masalah kemanusiaan. Maka sifat kenegarawan pimpinan kedua daerah harus lebih ditonjolkan menyikapi persoalan ini. Tentu hal tersulit untuk persoalan ini akan terletak pada dua hal. Pertama soal anggarannya dan kedua wilayah siapa RRJ ini akan dibangun. Kendati ini penting, tetapi bila kedua daerah bersepakat bahwa ini memang harus diwujudkan maka akan ada saja jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan anggaran dan lokasi tersebut. “Hal ini memang tidak mudah, tetapi percayalah ini penting untuk dilakukan” imbau Samsul.

Seperti diberitakan sebelumnya bahwa pada Minggu 4/11, terjadi pembantaian terhadap anak-anak berusia 3-4 tahun di Gereja HKBP Simanusor Kabupaten Tapanuli Tengah. Pelaku yang diduga punya kelainan jiwa ini membantai dengan sadis para bocah dengan menggunakan parang dan tombak. 3 orang tewas ditempat akibat pukulan senjata tajam sedangkan 5 orang lainnya harus dirawat intensif di RSU Pandan, RSU FL. Tobing Sibolga dan RSU Adam Malik Medan. Akibat tragedi ini Ephorus HKBP pun menetapkan tanggal 4 November sebagai hari anak sekolah Minggu. (Ali Akbar)


No comments:

Post a Comment