Pancasila atau Pancasila
Oleh : Irfan Arhamsyah Sihotang
|
Irfan Arhamsyah S |
Katanya,
Negara Indonesia adalah sebuah negara yang nilai-nilai luhurnya sangat
tinggi bahkan digembar-gembotkan sebagai ikon keidealan sebuah tata
etika peradaban dunia. Benarkah? Sangat sulit untuk menjawab
pertanyaan ini, karena memang selalu ada inisiatif kecil kita untuk
tidak tega dengan begitu mudahnya memberikan kredit buruk untuk tanah
air kita, kita pasti selalu mencari celah untuk membela. Kalau
pertanyaan ini ditujukan kepada Saya, Saya akan bilang bahwa Indonesia
itu masih bercita-cita untuk mengaplikasikan etika yang baik, jadi masih
belum bisa dinilai secara kongkrit tentang baik dan buruknya.*jawaban
ngeles….
Sejak Lahirnya Pancasila yang dirumuskan Soekarno dan
kawan-kawan, memang siapapun akan terperangah dengan manisnya kalimat
dari sila per sila-nya. Pertama, tetap menomor satukan kekuasaan Tuhan
yang menunjukkan kentalnya nuansa religius di negara ini. Kedua, manusia
yang berakal dinaikkan derajatnya dengan kapabilitas mampu bersikap
adil dan beradab jika menggunakan akalnya. Ketiga, semangat
gotong-royong yang menjadi tradisi bekerja Indonesia diangkat dalam sila
persatuan. Keempat, sistem pengorganisasian baik dengan visi
berbijaksana dan bermusyawarah. Kelima, ada seperangkat tatanan hukum
yang adil dan merata untuk memayungi Indonesia. Sangat sempurna, bukan?
Ya, andai itu tidak hanya terucap atau tertulis saja! Faktanya adalah
masih banyak yang tidak peduli dengan aturan Tuhan, masih ada yang belum
bisa menggunakan akalnya untuk tampil adil dan beradab, masih ada yang
tidak kolektif dan individualis, masih menyalah gunakan domkrasi dan
menghancurnya sistemnya dan paling parah hukum di Indonesia saja kadang
dalam hal tertentu sengaja dibuta-butakan. Hasilnya adalah? Apa yang
kita alami saat ini, kita bisa lihat dan renungkan.
Begitu percaya dirinya Indonesia dalam mempromosikan negerinya yang
beradab ideal dengan kesaktian pancasila yang menggema ke segala penjuru
dunia. Namun, ketika Indonesia dikunjungi dan diamati setiap detil
dinamika kehidupannya, Wah… ternyata kita harus malu! Sampai sejauh ini,
kalau kita tidak suka dinilai buruk, maka dunia punya alternatif lain
untuk menemukan kata yang tepat dalam menggambarkan Indonesia secara
garis besar, Munafik!
Pancasila hanya sebuah karya sastra yang
baik dengan retorika yang sempurna, lebih dari itu, hanya sekedar
beberapa sila yang dibaca rutin setiap ada upacara resmi nasionalis!
Wajar saja kalau yang ada hanya hari kesaktian pancasila yang
diperingati sebagai penghargaan atas lahirnya karya ini. Tapi tidak ada
efek real yang terjadi saat pancasila yang diidamkan bisa menjubahi jiwa
Indonesia ternyata tidak begitu mampu diterima sebagai pedoman hidup
kebanyakan dari masyarakat. Mungkin yang salah Soekarno dan kawan-kawan
dalam merumuskan pancasila, karena memang pancasila terlalu sempurna
untuk diterapkan oleh manusia dengan segala keterbatasannya. Sila
persila yang bersifat berpengaruh-dipengaruhi membuat setiap sila tidak
boleh hilang, kelebihan atau kurang diterapkan, mereka harus seimbang!
Satu sila saja tidak kita praktekkan, maka 4 Sila lainnya akan tidak
efektif.
Memang benar, Pancasila adalah pondasi negara,
Pancasila adalah simbol peradaban, Pancasila adalah inspirasi yang luar
biasa untuk tindakan moral manusia. Tapi tidak benar, Pancasila adalah
sebuah simbol yang mempresentasikan setiap manusia di Indonesia.
Pancasila dari dulu hingga sekarang masih berstatus cita-cita kita.
Cita-cita yang benar-benar tergantung tinggi di langit sana. Yang
tragisnya, bukan hanya tergantung sangat tinggi, tapi juga sangat
sedikit tangan yang berusaha untuk menggapainya.
Penulis adalah ketua Departemen Wilayah Germasi Kota Sibolga
No comments:
Post a Comment