Selamat Atas Peluncuran Majalah Online GERMASI "IDEALIS", Terbit Tanggal 5 Setiap Bulan. Jangan Sampai Ketinggalan

Tuesday, November 27, 2012

Pancasila atau Pancasila

Oleh : Irfan Arhamsyah Sihotang
Irfan Arhamsyah S
Katanya, Negara Indonesia adalah sebuah negara yang nilai-nilai luhurnya sangat tinggi bahkan digembar-gembotkan sebagai ikon keidealan sebuah tata etika peradaban dunia. Benarkah? Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan ini, karena memang selalu ada inisiatif kecil kita untuk tidak tega dengan begitu mudahnya memberikan kredit buruk untuk tanah air kita, kita pasti selalu mencari celah untuk membela. Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada Saya, Saya akan bilang bahwa Indonesia itu masih bercita-cita untuk mengaplikasikan etika yang baik, jadi masih belum bisa dinilai secara kongkrit tentang baik dan buruknya.*jawaban ngeles….

Sejak Lahirnya Pancasila yang dirumuskan Soekarno dan kawan-kawan, memang siapapun akan terperangah dengan manisnya kalimat dari sila per sila-nya. Pertama, tetap menomor satukan kekuasaan Tuhan yang menunjukkan kentalnya nuansa religius di negara ini. Kedua, manusia yang berakal dinaikkan derajatnya dengan kapabilitas mampu bersikap adil dan beradab jika menggunakan akalnya. Ketiga, semangat gotong-royong yang menjadi tradisi bekerja Indonesia diangkat dalam sila persatuan. Keempat, sistem pengorganisasian baik dengan visi berbijaksana dan bermusyawarah. Kelima, ada seperangkat tatanan hukum yang adil dan merata untuk memayungi Indonesia. Sangat sempurna, bukan? Ya, andai itu tidak hanya terucap atau tertulis saja! Faktanya adalah masih banyak yang tidak peduli dengan aturan Tuhan, masih ada yang belum bisa menggunakan akalnya untuk tampil adil dan beradab, masih ada yang tidak kolektif dan individualis, masih menyalah gunakan domkrasi dan menghancurnya sistemnya dan paling parah hukum di Indonesia saja kadang dalam hal tertentu sengaja dibuta-butakan. Hasilnya adalah? Apa yang kita alami saat ini, kita bisa lihat dan renungkan.
Begitu percaya dirinya Indonesia dalam mempromosikan negerinya yang beradab ideal dengan kesaktian pancasila yang menggema ke segala penjuru dunia. Namun, ketika Indonesia dikunjungi dan diamati setiap detil dinamika kehidupannya, Wah… ternyata kita harus malu! Sampai sejauh ini, kalau kita tidak suka dinilai buruk, maka dunia punya alternatif lain untuk menemukan kata yang tepat dalam menggambarkan Indonesia secara garis besar, Munafik!

Pancasila hanya sebuah karya sastra yang baik dengan retorika yang sempurna, lebih dari itu, hanya sekedar beberapa sila yang dibaca rutin setiap ada upacara resmi nasionalis! Wajar saja kalau yang ada hanya hari kesaktian pancasila yang diperingati sebagai penghargaan atas lahirnya karya ini. Tapi tidak ada efek real yang terjadi saat pancasila yang diidamkan bisa menjubahi jiwa Indonesia ternyata tidak begitu mampu diterima sebagai pedoman hidup kebanyakan dari masyarakat. Mungkin yang salah Soekarno dan kawan-kawan dalam merumuskan pancasila, karena memang pancasila terlalu sempurna untuk diterapkan oleh manusia dengan segala keterbatasannya. Sila persila yang bersifat berpengaruh-dipengaruhi membuat setiap sila tidak boleh hilang, kelebihan atau kurang diterapkan, mereka harus seimbang! Satu sila saja tidak kita praktekkan, maka 4 Sila lainnya akan tidak efektif.

Memang benar, Pancasila adalah pondasi negara, Pancasila adalah simbol peradaban, Pancasila adalah inspirasi yang luar biasa untuk tindakan moral manusia. Tapi tidak benar, Pancasila adalah sebuah simbol yang mempresentasikan setiap manusia di Indonesia. Pancasila dari dulu hingga sekarang masih berstatus cita-cita kita. Cita-cita yang benar-benar tergantung tinggi di langit sana. Yang tragisnya, bukan hanya tergantung sangat tinggi, tapi juga sangat sedikit tangan yang berusaha untuk menggapainya.
 Penulis adalah ketua  Departemen Wilayah Germasi Kota Sibolga

No comments:

Post a Comment