Germasi : Keluarga Korban Harus Tuntut Walikota Sibolga
SIBOLGA - Gerakan Mahasiswa Sibolga Indonesia (Germasi) menyesalkan
langkah-langkah yang diambil oleh pihak RSUD Dr.FL.Tobing Sibolga terhadap almarumah NenniSimamora
(52) yang akhirnya wafat tanpa ada pertolongan yang maksimal.
Menurut Samsul Pasaribu,
berdasarkan informasi yang diterima oleh Germasi, jelas sangat nyata telah
terjadi pembiaran terhadap korban. Analisa yang dilakukan oleh pihak rumah
sakit juga tidak maksimal. Salah satu contoh misalnya, pihak rumah sakit
mengatakan bahwa keadaan korban bisa ditangani dan tidak perlu dirujuk ke Medan
padahal, luka bakar yang dialami korban cukup parah. Sehingga pihak RSUD
Dr.FL.Tobing Kota Sibolga dinilai terlalu percaya diri mampu menangani korban.
Padahal, peralatan yang serba terbatas di RSU ini jelas-jelas tidak memadai
untuk menolong korban.
Dilihat dari jam masuk
hingga wafatnya korban yang memakan waktu 17 jam, maka sebenarnya seandainya
pihak RSUD FL. Tobing Kota Sibolga segera merujuk korban ke Medan maka
setidaknya harapan untuk sembuh tentu saja ada. Tetapi pihak rumah sakit tidak
tanggap akan hal ini. Korban justru dipaksakan tetap dirawat di RSUD FL.Tobing
padahal malamnya korban sudah tidak bisa menerima usapan makanan.
“Ada rencana pihak rumah
sakit melakukan operasi terhadap pembuluh darah besar korban pada bagian leher
untuk mempermudah korban menerima usapan makanan tetapi hingga korban wafat hal
itu tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit sehingga patut di duga korban
meninggal bukan karena luka bakarnya tetapi karena mati lemas kelaparan” terang
aktivisi pergerakan mahasiswa Bandung Raya ini.
Samsul juga menyampaikan
penyesalannya terhadap ketegasan Walikota Sibolga atas insiden ini. Menurut
Samsul, Walikota Sibolga terlalu lambat dan ragu-ragu mengambil langkah
pertolongan terhadap korban. Malam hari, Walikota Sibolga sebenarnya sudah
melihat keadaan korban dan sejatinya beliau langsung mengerti separah apa luka
bakar korban. Akan tetapi, Walikota Sibolga justru terlalu percaya dengan apa
yang dikatakan oleh dr Banjarnahor yang mengatakan korban cukup ditangani di
Sibolga. Alhasil, keputusan itu berakibat fatal dan korban pun wafat.
“Harusnyakan beliau
(Walikota-red) perintahkan saja langsung segera dirujuk ke rumah sakit di Medan
agar tidak terjadi spekulasi negatif terhadap penanganan korban” sesalnya.
Ditanya pihak mana yang
paling bertanggungjawab atas wafatnya korban, Samsul dengan tegas mengatakan
bahwa Walikota Sibolga yang paling bertanggungjawab karena beliau seharusnya
tidak mendengarkan begitu saja setiap laporan dari pihak rumah sakit akan
keadaan korban.
“Beliaukan juga melihat
langsung kondisi korban. Semua orang juga tahu bahwa keadaan korban cukup
parah. Minum saja sudah tidak di izinkan lagi oleh dokter. Bahkan
belakangan korban juga tidak sadarkan diri lagi, tetapi tidak diambil langkah
apa pun hingga korban wafat. Jadi, pihak yang merasa dirugikan dalam hal ini
keluarga korban sebaiknya segera menuntut Walikota Sibolga karena kelalaiannya
dan kekurang tegasannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain” katanya.
Tidak hanya itu, lanjut
Samsul, Walikota Sibolga juga harus segera meninjau ulang posisi Direktrur
RSUD. FL Tobing karena menurutnya,ada indikasi Direktrur RSUD FLTobing Sibolga
tidak patuh kepada instruksi yang di berikan oleh Walikota, sebab dari sekian
lama waktu yang dimiliki sebelum Nenni meninggal harusnya pihak RSUD FL TobingSibolga
dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki dalam menangani korban.
“Melihat situasi ini
kita yakin Direktur RSUD FL Tobin Sibolga tidak mampu memberikan pelayanan
kesehatan terbaik bagi warga Sibolga. Ketidak mampuan ini juga menjadi jawaban
bahwa Direktrur RSUD FL Tobing Kota Sibolga tidak mengerti dan
memahami visi dan misi Walikota Sibolga dalam mewujudkan masyarakat
yang sehat,”terang Samsul.
Pihak Keluarga Sesalkan Penanganan Rumah Sakit
Dilain kesempatan, senada dengan Germasi, salah seorang keluarga
dari Nenni, Nirwan juga menyesalkan atas penangan yang diberikan oleh RSUD FL Tobing
Kota Sibolga. Sebab menurutnya pihak RSUD sudah mengabaikan tugas yang di
instruksikan oleh Walikota. Padahal rencananya akan dilakukan operasi pembuluh
darah besar untuk memberikan asupan makanan.
“Etek
ambo itu, sesudah minta minum itulah, inyo (dia-red) gak sadarkan diri lagi,
tapi itupun gak ada yang bisa dikerjakan orang rumah sakit itu,”ucap Nirwan
sambil mencak-mencak dan berurai air mata saat ditemui SURAT, Sabtu (14/7) di
rumah duka .
Sementara
Suami Nenni, Ahrman Nasution, mengatakan pihak RSUD sudah sempat berencana akan
mengoperasi ginjal nenni.
“Mau
operasi ginjal kianlah, tapi entah kenapa lama kali. Belum sempat operasi sudah
meninggal,”kata Ahrman. (Andi Josua)
No comments:
Post a Comment