Oleh : Ahmad Azhar Chan Aritonang
Ahmad Azhar |
" Saya tertarik untuk membahas tentang pemuda sa'at ini, bahkan jauh-jauh hari sudah ada yang lebih semangat bila berbicara tentang pemuda, siapa lagi kalau bukan Bung Karno. yah.. salah satu tokoh proklamator walaupun saya tidak terlalu suka dengan kepribadiannya, tapi ada satu ucapan yang menarik darinya " Berikan sa...ya 10 pemuda maka saya akan merubah dunia". Kata-kata itu sangat dahsyat walaupun hanya sekedar kata doank, toch buktinya sampai hari ini kondisi kita masih adem-adem saja.
Suatu ketika, saya melihat status dari salah satu teman facebook "Berikan aku 5 pemuda, maka akan ku buat BoyBand", terang saja saya merasa geli dan lucu ketika melihat status itu. Walaupun pada akhirnya memang pemuda kita sa'at ini lebih suka menari-nari di televisi atau bahkan hanya sekedar pengen nongol dilayar Tv dengan gaya yang agak berlebihan atau bahasa kerennya 'Alay' . Ironis memang, disa'at bangsa ini lagi banyak masalah kebanyakan pemuda kita malah cuek dan lebih asyik dengan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Tapi, apakah kita bangga dengan keadaan yang penuh keasyikan pada diri kita sendiri?? Lihatlah disana kawan, Para pekerja diperas tenaganya untuk orang-orang asing dan manusia Indonesia dewasa yang bekerja untuk kepentingan mereka? Kaum muda belia rusak moralnya dan hilang akalnya? Anak-anak kecil disuruh meminta-minta dan dieksploitasi manusia-manusia bengis di sekitarnya? menyedihkan, bukan??
Negeri ini indah…tapi itu dulu, Kawan. Lihat betapa banyaknya daerah-daerah hijau yang kini tandus, ladang-ladang yang dulu subur kini menjadi mall, rumah sakit dan klinik sangat mahal bagi kaum dhuafa, sekolah dan universitas jadi lahan bisnis, tanah dan lahan dieksplorasi untuk kepentingan asing, dan duit-duit rakyat malah masuk ke kantong wakil-wakilnya. Coba pikirkan Kawan, betapa Nusantara ini menangis melihat para penghuninya lebih bejat dari bule-bule yang menjajah kita dimasa lampau. Apa yang bisa kita lakukan???
Jangan berkata, “Untuk apa mikirin bangsa, ngurus diri sendiri aja belum mampu”. Naif, negeri ini adalah diri kita, bangsa ini milik kita. Hancur bangsa hancur pula diri kita. Akankah kita diam saja melihat segalanya rusak dan hancur tidak beraturan? Akankah kita membiarkan saja dan menganggap kebobrokan bangsa ini bukan karena kita? Lupakah kita akan kewajiban bela negara yang diajarkan semasa SD dahulu kala?
Sadarilah kawan, BANGSAMU MEMBUTUHKAN KAMU!
Jangan sekadar retorika, buktikan dengan aksi nyata. Apa yang bisa kita lakukan? Daripada menjerit-jerit kepada penguasa demi perubahan, lebih baik kita bergerak terlebih dahulu. Curahkan segalanya dalam secarik kertas. Tuliskan segala pikiranmu tentang bangsa ini. Ungkapkan gagasanmu untuk negara ini. Konkrit, Saudaraku…KONKRIT!
Bahkan para pahlawan kemerdekaan akan tersenyum melihatmu. Ruh-ruh mereka tak lagi bersedih karena melihat ada yang akan melanjutkan perjuangannya kelak. Lewat tulisanmu, Bapak-bapak Pendiri Bangsa mungkin akan menepuk pundakmu seakan bangga. Tunjukkan betapa ikhlas kau membantu mereka, betapa tulus kau membangun Indonesia.
Ada yang bilang pemuda harapan bangsa. Pemuda terpelajar adalah mereka yang mampu mengubah dunia. Menjadi pemuda dengan titel “maha-siswa” amatlah prestise. Di tengah borok pendidikan Indonesia yang ditutupi kabut pencapaian statistik masyarakat yang telah mengenyam pendidikan wajib belajar. Kenyataannya, wajib belajar hanya dijadikan “ajang melepas kewajiban” sementara persoalan bangsa tidak kunjung terpecahkan.
Di tangan mahasiswalah senjata berupa pena dan toa digenggam. Mereka makhluk yang masih suci dari kotornya politik. Mereka manusia yang masih belia menatap kehidupan nyata. Namun idenya liar dan mampu menggoyahkan bumi. Kebersihan hatinya untuk menolong rakyat masih bening dibandingkan mereka yang sudah enak dengan “kursinya”.
Tapi lihat sekarang. Soal pena, jangan ditanya, tumpul setumpul-tumpulnya. Plagiarisme masih menggelayuti masyarakat terpelajar kita, sedih. Sudah diberi kesempatan mengenyam bangku kuliah masih tidak kreatif. Kebanyakan mahasiswa sekarang lebih banyak nongkrong di cafe, main game dan sebagainya
Sekali lagi, sadarlah BANGSAMU MEMBUTUHKAN KAMU!
Bangsamu membutuhkan insan-insan pemuda perubah. Mahasiswa-mahasiswa yang ditangannya segala ide brilian berubah menjadi emas. Bangsamu telah memberi banyak untukmu wahai mahasiswa, kini saatnya kau memberi untuk bangsa. Lewat tanganmu, Lewat jemarimu yang menari dengan pena.
Berpikirlah, menulislah lalu buatlah sejarah…
Hidup Mahasiswa,, hidup rakyat Indonesia.. Hoooraaaaaaaaaas...!!!
Suatu ketika, saya melihat status dari salah satu teman facebook "Berikan aku 5 pemuda, maka akan ku buat BoyBand", terang saja saya merasa geli dan lucu ketika melihat status itu. Walaupun pada akhirnya memang pemuda kita sa'at ini lebih suka menari-nari di televisi atau bahkan hanya sekedar pengen nongol dilayar Tv dengan gaya yang agak berlebihan atau bahasa kerennya 'Alay' . Ironis memang, disa'at bangsa ini lagi banyak masalah kebanyakan pemuda kita malah cuek dan lebih asyik dengan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Tapi, apakah kita bangga dengan keadaan yang penuh keasyikan pada diri kita sendiri?? Lihatlah disana kawan, Para pekerja diperas tenaganya untuk orang-orang asing dan manusia Indonesia dewasa yang bekerja untuk kepentingan mereka? Kaum muda belia rusak moralnya dan hilang akalnya? Anak-anak kecil disuruh meminta-minta dan dieksploitasi manusia-manusia bengis di sekitarnya? menyedihkan, bukan??
Negeri ini indah…tapi itu dulu, Kawan. Lihat betapa banyaknya daerah-daerah hijau yang kini tandus, ladang-ladang yang dulu subur kini menjadi mall, rumah sakit dan klinik sangat mahal bagi kaum dhuafa, sekolah dan universitas jadi lahan bisnis, tanah dan lahan dieksplorasi untuk kepentingan asing, dan duit-duit rakyat malah masuk ke kantong wakil-wakilnya. Coba pikirkan Kawan, betapa Nusantara ini menangis melihat para penghuninya lebih bejat dari bule-bule yang menjajah kita dimasa lampau. Apa yang bisa kita lakukan???
Jangan berkata, “Untuk apa mikirin bangsa, ngurus diri sendiri aja belum mampu”. Naif, negeri ini adalah diri kita, bangsa ini milik kita. Hancur bangsa hancur pula diri kita. Akankah kita diam saja melihat segalanya rusak dan hancur tidak beraturan? Akankah kita membiarkan saja dan menganggap kebobrokan bangsa ini bukan karena kita? Lupakah kita akan kewajiban bela negara yang diajarkan semasa SD dahulu kala?
Sadarilah kawan, BANGSAMU MEMBUTUHKAN KAMU!
Jangan sekadar retorika, buktikan dengan aksi nyata. Apa yang bisa kita lakukan? Daripada menjerit-jerit kepada penguasa demi perubahan, lebih baik kita bergerak terlebih dahulu. Curahkan segalanya dalam secarik kertas. Tuliskan segala pikiranmu tentang bangsa ini. Ungkapkan gagasanmu untuk negara ini. Konkrit, Saudaraku…KONKRIT!
Bahkan para pahlawan kemerdekaan akan tersenyum melihatmu. Ruh-ruh mereka tak lagi bersedih karena melihat ada yang akan melanjutkan perjuangannya kelak. Lewat tulisanmu, Bapak-bapak Pendiri Bangsa mungkin akan menepuk pundakmu seakan bangga. Tunjukkan betapa ikhlas kau membantu mereka, betapa tulus kau membangun Indonesia.
Ada yang bilang pemuda harapan bangsa. Pemuda terpelajar adalah mereka yang mampu mengubah dunia. Menjadi pemuda dengan titel “maha-siswa” amatlah prestise. Di tengah borok pendidikan Indonesia yang ditutupi kabut pencapaian statistik masyarakat yang telah mengenyam pendidikan wajib belajar. Kenyataannya, wajib belajar hanya dijadikan “ajang melepas kewajiban” sementara persoalan bangsa tidak kunjung terpecahkan.
Di tangan mahasiswalah senjata berupa pena dan toa digenggam. Mereka makhluk yang masih suci dari kotornya politik. Mereka manusia yang masih belia menatap kehidupan nyata. Namun idenya liar dan mampu menggoyahkan bumi. Kebersihan hatinya untuk menolong rakyat masih bening dibandingkan mereka yang sudah enak dengan “kursinya”.
Tapi lihat sekarang. Soal pena, jangan ditanya, tumpul setumpul-tumpulnya. Plagiarisme masih menggelayuti masyarakat terpelajar kita, sedih. Sudah diberi kesempatan mengenyam bangku kuliah masih tidak kreatif. Kebanyakan mahasiswa sekarang lebih banyak nongkrong di cafe, main game dan sebagainya
Sekali lagi, sadarlah BANGSAMU MEMBUTUHKAN KAMU!
Bangsamu membutuhkan insan-insan pemuda perubah. Mahasiswa-mahasiswa yang ditangannya segala ide brilian berubah menjadi emas. Bangsamu telah memberi banyak untukmu wahai mahasiswa, kini saatnya kau memberi untuk bangsa. Lewat tanganmu, Lewat jemarimu yang menari dengan pena.
Berpikirlah, menulislah lalu buatlah sejarah…
Hidup Mahasiswa,, hidup rakyat Indonesia.. Hoooraaaaaaaaaas...!!!
Penulis adalah ketua Depwil Germasi Kota Medan
No comments:
Post a Comment