Senin, 23 Mei 2011
Sensasi-sensasi terus saja menghiasi suasana bumi ini, bahkan maraknya pun masih menggila. Sensasi-sensasi ini bak candu yang mempengaruhi pemikiran dan keingingan kita untuk berketergantungan akannya. negeri kita tercinta yang masih terus bercita-cita ini, adalah penikmat sensasi-sensasi yang fanatik dan sangat terakdiktif. Kita dapat menemukan ragam warna dan corak dari sensasi-sensasi yang ingin kita cari dan pahami. Sensasi budaya, sensasi perekonomian, sensasi masyarakat, sensasi artis, sensasi pejabat, sensasi terorisme, sensasi kriminalisasi dan banyak lagi tipe sensasi produk manusiawi di negeri pertiwi ini
Oleh: Irfan Arhamsyah Sihotang
Sensasi, sejatinya memang bukanlah sebuah kata yang mengandung makna negatif. Dari sumber bahasa pun diteliti, kata sensasi adalah hanya sekedar pernyataan sebuah rasa dan keadaan yang merangsang emosi saja. Kesensasionalan keadaan itu melekat dengan predikat apa yang dialaminya. Sensasi baik akan menggemparkan keadaan dengan baik, begitu juga sebaliknya, sensasi-sensasi yang berlatarkan hal yang kurang baik akan berakibat keonaran yang tidak baik pula. Sesimpel teori kesederhanaan yang biasanya.Oleh: Irfan Arhamsyah Sihotang
Sensasi itu tetaplah sebuah rasa, rasa yang tercipta dari sebuah pengalaman baru manusia. Sensasi ini menumpukan diri pada satu kata yang lebih mengikatkan antara rasa dan tingkah manusia, kita biasa dan memahami kejadian keterikatan ini dengan kata Ekspresi. Ekpresif, bagaimana cara kita mengikutkan perasaan yang sedang dialami dengan spontanitas kelakuan kita. Dari sisi inilah, kita sering terjebak dalam kesalahan-kesalahan mendasar saat melakukan praktik ekspresi ini.Di antara banyaknya sensasi-sensasi yang telah terfikirkan oleh kita, penulis akan mengapungkan beberapa sensasi yang sempat dan masih disensasikan di negeri Indonesia yang tercinta ini karena kehebohan ekpresinya.
Segar dalam ingatan, seorang abdi negara yang sedang dalam tugas pengabdiannya mengekspresikan diri dari rasa jenuh yang kemudian menyihirkan satu sensasi menghibur ratusan juta orang dengan tingkah lucu dan ‘gila’-nya ala bollywood, Chaiyya-Chaiyya. Ini adalah salah satu perwakilan terpilih kategori ekspresi sensasi yang dilakukan aparat negeri.
Fenomena sensasi ekpresikan diri, merambah remaja dalam momentumnya beberapa waktu lalu, dan mungkin akan ada lagi di beberapa waktu mendatang. Ya, Ekpresifnya mereka setelah lepas dari belenggu dunia akademik yang menyita masa muda mereka dengan aktifitas menjenuhkan di kursi sekolah. Seragam suci dan atribut yang meresmikan mereka sebagai manusia mulia berstatus pelajar ini disensasikan dengan paduan warna-warni cat yang menodai putih warnanya. Ada tulisan bernama dan bertanda tangan disana, lalu jika ditanya tentang tingkah itu mereka menjawab, “Ini akan menjadi kenangan indah masa SMA!”. Ungkap luapan ekpresi mereka
Ada lagi kasus lain yang lebih ektrim dalam sensasi pengekspresian diri ini, lebih ke masalah suatu golongan dalam kelompoknya. Seperti sensasi relijius Ahmadiyah yang mengekspresikan diri dan eksistensinya dengan pelanggaran norma dan berbau nista yang disambut hangat masyarakat dengan kehangatan yang sesungguhnya. Pembantaian dalam rangka pembasmian dengan metode-metodenya segera direaliasasikan. Kasus ini juga menambah daftar kedahsyatannya sensasi yang melanda negera kita. Aksi sekolompok golongan dengan metode Brain Wash-nya. Aksi terorisme dan pengoperasian misinya yang bergaya Hollywood pun seperti scene nyata dari sebuah imajinasi buruk tentang horornya satu keadaan. Bom! Ekpresif dan mengerikannya sang peneror dalam mengekspresikan ideologi mereka yang membuahkan ketakutan dan was-was negara tanpa ada guna dan maksud tujuan yang jelas bagi sang peneror itu sendiri, sekedar penyelesasian dengan ekspresi bersensasi.
Sensasi-sensasi yang penulis sampaikan diatas hanya sebagian dari ekpresi sensasi yang diwakili individu atau golongan yang bersensasi dengan aksi. Sementara, ada satu sisi lagi yang juga disensasikan tapi berupa kebijakan seperti sensasi di dunia hukum, perekonomian dan sensasi perpolitikan.
Ekpresi sensasi yang dilakukan Briptu Norman, adalah beralasankan penghibuaran diri atas kejenuhannya. Salah dalam waktu pelaksanaan, karena ia melakukan ekspresi sensasi itu disaat dinas. Namun, dapat dimaafkan bahkan sang penari Chaiya-Chaiya pun mendadak menjadi seorang artis terkenal. Ekpresi sensasi yang dilakukan pelajar dengan corat-coret baju beralasankan ekpresi kegirangan dan membingkai sebuah kenangan. Itu salah dalam Metode pengekspresian yang terkesan tak menghargai pendidikan dan penyia-nyia-an. Teroris, dengan misi dan pengoperasiannya salah tempat, waktu, metode dan penyampaiannya. Ekpresi sensasi dalam kebijakan hukum, perekonomian, dan pemerintahan yang juga masih salah dalam pemahaman, pelaksanaan dan pertimbangannya.
“Sensasi itu adalah warna dari dinamika kehidupan”. Penulis membenarkan apa yang mereka katakan. “Bahkan dalam bersensasi lebih dituntut adanya kontroversi dari salah satu pihak biar sensasi lebih khidmat dinikmati”, kata mereka lagi. Inilah yang masih jauh dari kata benar itu. (***)
Penulis adalah mahasiswa
STIE Al-Washliyah Kota Sibolga
dan Aktif GERMASI
Sibolga-Indonesia.
sumber : Harian Metro Tapanuli edisi 23 Mei 2011
No comments:
Post a Comment