Sabtu, 21 Mei 2011
Mahasiswa Peduli Amanat Penderitaan Rakyat
SIBOLGA- Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-103 menjadi moment gerakan mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) untuk mengevaluasi sistem pergerakannya sejak berdiri 22 September 2009. Germasi berharap agar mahasiswa peduli akan amanat penderitaan rakyat dengan menyuarakan kepentingan rakyat Sibolga terhadap kebijakan pemerintah daerah.
Ketua Umum PB Germasi, Samsul Pasaribu kepada METRO, Jumat (20/5) mengatakan, kendati kumpulan mahasiswa Sibolga (Germasi-red) tidak akan latah ikut demo dan turun aksi kejalan layaknya yang dilakukan mahasiswa secara umum, bukan berarti Germasi tidak setuju dengan pola-pola seperti ini.
“Pemahaman Germasi, jalanan adalah senjata terakhir untuk menyampaikan aspirasinya. Bila melalui dialog dan kritikan lewat media, dipandang cukup untuk mengingatkan siapa saja yang coba-coba menghambat kesejahteraan rakyat, maka Germasi memandang jalanan belumlah menjadi sesuatu yang penting,” ujarnya.
Dikatakannya, Hal itu dilakukan Germasi, karena menganggap siapa pun itu, baik Pemko Sibolga maupun DPRD masih memiliki mata, telinga dan hati nurani, sehingga masih mau mendengar apa yang disuarakan oleh mahasiswa dan masyarakat.
“Tapi, bila cara-cara seperti ini dipandang sebagai bentuk kekerdilan Germasi, maka Germasi berkesimpulan pihak-pihak terkait sudah menutup mata dengan semua saran dan kritikan dan untuk itu tidak tertutup kemungkinan mahasiswa Sibolga akan memulai babak baru reformasi mini di Kota Sibolga,” tukasnya.
Berkenan dengan moment kebangkitan Nasional ke 103, Germasi meminta Wali Kota Sibolga agar jangan sekali-kali menekan kebebasan berdemokrasi di Kota Sibolga. Sebagai mantan anggota DPR RI, Wali Kota dalam pandangan Germasi adalah tokoh yang memahami betul kebebasan itu. (afn/mer)
SIBOLGA- Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-103 menjadi moment gerakan mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi) untuk mengevaluasi sistem pergerakannya sejak berdiri 22 September 2009. Germasi berharap agar mahasiswa peduli akan amanat penderitaan rakyat dengan menyuarakan kepentingan rakyat Sibolga terhadap kebijakan pemerintah daerah.
Ketua Umum PB Germasi, Samsul Pasaribu kepada METRO, Jumat (20/5) mengatakan, kendati kumpulan mahasiswa Sibolga (Germasi-red) tidak akan latah ikut demo dan turun aksi kejalan layaknya yang dilakukan mahasiswa secara umum, bukan berarti Germasi tidak setuju dengan pola-pola seperti ini.
“Pemahaman Germasi, jalanan adalah senjata terakhir untuk menyampaikan aspirasinya. Bila melalui dialog dan kritikan lewat media, dipandang cukup untuk mengingatkan siapa saja yang coba-coba menghambat kesejahteraan rakyat, maka Germasi memandang jalanan belumlah menjadi sesuatu yang penting,” ujarnya.
Dikatakannya, Hal itu dilakukan Germasi, karena menganggap siapa pun itu, baik Pemko Sibolga maupun DPRD masih memiliki mata, telinga dan hati nurani, sehingga masih mau mendengar apa yang disuarakan oleh mahasiswa dan masyarakat.
“Tapi, bila cara-cara seperti ini dipandang sebagai bentuk kekerdilan Germasi, maka Germasi berkesimpulan pihak-pihak terkait sudah menutup mata dengan semua saran dan kritikan dan untuk itu tidak tertutup kemungkinan mahasiswa Sibolga akan memulai babak baru reformasi mini di Kota Sibolga,” tukasnya.
Berkenan dengan moment kebangkitan Nasional ke 103, Germasi meminta Wali Kota Sibolga agar jangan sekali-kali menekan kebebasan berdemokrasi di Kota Sibolga. Sebagai mantan anggota DPR RI, Wali Kota dalam pandangan Germasi adalah tokoh yang memahami betul kebebasan itu. (afn/mer)
No comments:
Post a Comment