Germasi :
Indikator Keberhasilan Wawako Mudah ditentukan
Indikator Keberhasilan Wawako Mudah ditentukan
Sabtu, 8 Januari 2011
Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Sibolga. Samsul Pasaribu (inzet) |
SIBOLGA-METRO; Gerakan Mahasiswa Sibolga (Germasi) menyatakan bahwa Wakil Wali Kota Sibolga dinilai sosok pejabat yang paling mudah ditentukan indikator kesuksesannya selama mendampingi Wali Kota Sibolga mengatur tatanan pemerintahan di lingkungan Pemko Sibolga.
Hal itu dikemukakan Ketua Umum Germasi Samsul Pasaribu, kepada METRO, Jumat (7/1). Menurut Samsul, satu-satunya pejabat pemko yang paling mudah diukur indikator keberhasilannya sebagai orang nomor 2 di Kota Sibolga adalah Wakil Wali Kota (Wawako) Sibolga yang saat ini dijabat oleh Marudut Situmorang AP MSP. Indikator itu bisa ditentukan melihat latar belakang Wakil wali kota sebelum menjabat. “Kongkritnya, melihat Sibolga lima tahun yang akan datang cukup melihat perkembangan SDM generasi mudanya dan sejauh mana pariwisata Kota Sibolga terpublikasi dengan baik di luar, sehingga jumlah wisatawan yang masuk ke negeri berbilang kaum ini meningkat signifikan. Andai ini tidak bisa dirasakan masyarakat, maka Wakil Wali Kota Sibolga yang fungsinya mendampingi dan memberikan saran konstruktif kepada wali kota gagal dalam menjalankan peranannya,” tegasnya.
Hal itu dikemukakan Ketua Umum Germasi Samsul Pasaribu, kepada METRO, Jumat (7/1). Menurut Samsul, satu-satunya pejabat pemko yang paling mudah diukur indikator keberhasilannya sebagai orang nomor 2 di Kota Sibolga adalah Wakil Wali Kota (Wawako) Sibolga yang saat ini dijabat oleh Marudut Situmorang AP MSP. Indikator itu bisa ditentukan melihat latar belakang Wakil wali kota sebelum menjabat. “Kongkritnya, melihat Sibolga lima tahun yang akan datang cukup melihat perkembangan SDM generasi mudanya dan sejauh mana pariwisata Kota Sibolga terpublikasi dengan baik di luar, sehingga jumlah wisatawan yang masuk ke negeri berbilang kaum ini meningkat signifikan. Andai ini tidak bisa dirasakan masyarakat, maka Wakil Wali Kota Sibolga yang fungsinya mendampingi dan memberikan saran konstruktif kepada wali kota gagal dalam menjalankan peranannya,” tegasnya.
Samsul menjelaskan, Marudut Situmorang sebagai mantan Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kota Sibolga sejatinya harus lebih memerhatikan perkembangan generasi muda Sibolga. “Bentuk perhatian itu harus lebih dikembangkan lagi tidak hanya dalam bentuk kegiatan-kegiatan seremonial yang sifatnya tentative, seperti festival band, lomba busana, dan lain-lain. Arah pembinaan generasi muda Sibolga itu harus lebih terprogram seperti dibentuknya kelompok-kelompok pemuda wirausaha yang langsung di bawah binaan pemerintah kota dalam kurun waktu tertentu, sebelum akhirnya dilepas untuk mandiri,” ujarnya.
Menurut dia, menyerahkan pembinaan kaum muda tidak hanya tanggungjawab perguruan tinggi. Sebab kata dia, institusi ini hanya bertanggungjawab menjelaskan proses keberhasilan secara teoritis, pasca lepas dari bangku kuliah, di samping bertanggungjawab menciptakan lapangan kerja juga harus bisa menciptakan sedikitnya 100 wirausahawan muda di Kota Sibolga. “Sejauh ini, Pemko Sibolga tidak punya goal yang jelas tentang apa dan ke mana kaum muda Sibolga ini disiapkan di masa mendatang. Bahkan, pemko sendiri tidak pernah tahu berapa banyak putra dan putri Sibolga yang melanjutkan studinya keluar kota. Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga sendiri jika bercerita angka mahasiwa Sibolga di luar daerah pasti sifatnya asumsi atau dengan kata lain hanya diperkirakan saja,” tukas Samsul.
Dia mengatakan, dinamika di atas harusnya tidak ditemukan lagi setelah salahsatu orang penting di kota berbilang kaum ini adalah mantan Kepala Dinas Budparpora Kota Sibolga. “Beliau juga masih muda, idealnya juga harus tahu betul keinginan dan apa yang harus dilakukan untuk kaum muda. Jadi, ke depan kita cukup melihat sejauh mana perkembangan prestasi olahraga Sibolga. Lalu, berapa banyak sudah wirausahawan muda yang dicetak oleh Pemko Sibolga, serta berapa banyak kaum muda Sibolga diberi beasiswa untuk melanjutkan studinya di luar daerah. Apalagi sekarang pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional sudah mencanangkan 20 persen orang miskin wajib diterima oleh perguruan tinggi dan setiap tahunnya akan dikucurkan beasiswa sebanyak 20.000 orang bagi mahasiswa yang kurang mampu,” terangnya, seraya menyatakan program tersebut harusnya dikejar Pemko Sibolga agar semakin banyak putra dan putri Sibolga yang melanjut ke jenjang perguruan tinggi. (afn)
Sumber : Harian Metro Tapanuli edisi Sabtu 8 Januari 2011
No comments:
Post a Comment